(DOWNLOAD LANGSUNG DISINI!)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian
Seiring dengan pertambahan penduduk yang diikuti meningkatnya kebutuhan akan produk barang maupun jasa. Produk barang khususnya kebutuhan pokok masyarakat seperti telur ayam ras. Telur ayam ras tidak pernah lepas dari pemenuhan kebutuhan gizi dan kesehatan masyarakat. Selain itu telur ayam juga digunakan untuk kebutuhan lain misalnya kosmetik dan obat-obatan.
Telur merupakan salah satu hasil dibidang industri perunggasan yang tampil sebagai potensi ekonomi yang mempunyai masa depan cerah guna menciptakan lapangan kerja guna meningkatkan pendapatan masyarakat. Di samping itu telur sebagai salah satu hasil dari industri perunggasan mempunyai peranan turut serta mencerdaskan kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan telur memiliki kandungan protein dan zat-zat yang dibutuhkan oleh manusia.
Usaha dibidang peternakan ayam ras sangat berprospek di masa mendatang. Hal ini ditinjau dari peramalan mengenai jumlah penduduk Indonesia yang teurs meningkat, dan kesadaran akan pemenuhan kebutuhan gizi seiring dengan peningkatan semangat kemajuan di era globalisasi. Adanya perilaku konsumen masyarakat terutama untuk kalangan menengah ke atas memberikan pola hidup yang sangat konsumtif dengan berbagai macam tuntutan. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan mendorong mereka lebih selektif dalam pemenuhan konsumsi kebutuhan gizi. Potensi dari konsumen inilah yang seharusnya menjadi sasaran utama bagi produsen untuk meningkatkan kompetisi terhadap produk luar negeri maupun dari kalangan pesaing dalam negeri.
Tuntutan kompetisi antar produk sudah semakin mendesak, terutama dalam merebut pangsa pasar, tingkat kualitas produk yang sesuai dengan tuntutan pelayanan, terutama pada kalangan menengah ke atas harus terpenuhi. Derasnya arus informasi mempengaruhi perilaku konsumen terhadap suatu produk tertentu. Media massa cetak maupun elektronik mampu menghadirkan informasi terbaru dalam waktu singkat dan memberikan dampak bagi perilaku konsumen khususnya dalam tingkah laku konsumsi. Kita saat ini sudah membutuhkan analisis perilaku konsumen dalam konsep marketing untuk menghadapi era yang penuh dengan peluang dan tantangan.
Di dalam kompetisi usaha peternakan ayam petelur, perusahaan perlu memperhatikan selera konsumen yang bervariasi. Selera konsumen dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : faktor internal atau faktor yang ada dalam diri konsumen tersebut dan faktor eksternal atau faktor yang mempengaruhi dari luar diri konsumen. Faktor eksternal ini merupakan faktor yang sulit untuk dikendalikan sehingga pihak manajemen khususnya marketing pada perusahaan telur Bima Sakti Malang harus mampu menganalisis situasi dan kondisi pasar dan keinginan serta kebutuhan konsumen. Dengan memperhatikan faktor tersebut diharapkan perusahaan tetap eksis di dalam menjalankan usahanya dan mampu bersaing dengan perusahaan yang sejenis.
Salah satu faktor utama bagi perusahaan agar mampu bersaing untuk menarik konsumen adalah dengan meningkatkan mutu pelayanannya dan kualitas telur yang diproduksi. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan dan kualitas produknya maka seyogyanya perusahaan harus mengetahui perilaku konsumen secara mendalam, kecenderungan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk selanjutnya perusahaan harus dapat mengantisipasi dan menindak lanjuti terhadap perubahan dari perilaku konsumen tersebut dan selanjutnya dapat menyusun strategi ke depan bagi perusahaan.
B. Permasalahan
Untuk dapat mencapai target, baik jangka pendek maupun jangka panjang dan untuk dapat menyusun strategi perusahaan ke depan agar dapat terus eksis di dalam menjalankan usahanya maka perusahaan harus mengadakan penelitian terhadap perubahan lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi kehidupan ekonomi serta perilaku masyarakat. Perubahan pada perilaku konsumen akan berpengaruh terhadap keputusan dalam pemilihan dan menentukan produk apa yang akan dikonsumsi, sehingga timbul masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perilaku konsumen di dalam mengkonsumsi telur ayam ras pada perusahaan telur Bima Sakti Malang?
2. Apakah variabel kekuatan (X1), kelemahan (X2), peluang (X3), ancaman (X4), berpengaruh terhadap penetapan strategi pemasaran perusahaan (Y)?
3. Variabel apakah yang mempunyai pengaruh dominan terhadap penetapan strategi pemasaran perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui minat konsumen dalam memilih mengkonsumsi telur ayam ras pada perusahaan telur Bima Sakti Malang.
2. Untuk mengetahui pengaruh variabel kekuatan (X1), kelemahan (X2), peluang (X3), ancaman (X4) terhadap penetapan strategi pemasaran perusahaan (Y).
3. Untuk menganalisis variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap penetapan strategi pemasaran perusahaan.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi perusahaan
Sebagai sumbangan pemikiran bagi perusahaan perusahaan telur Bima Sakti Malang untuk lebih memahami perilaku konsumen dalam memilih dan mengkonsumsi produk telur yang diproduksi, serta sebagai dasar strategi pemasaran yang akan digunakan oleh perusahaan telur Bima Sakti Malang untuk memperluas pangsa pasarnya.
2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Penelitian ini merupakan kesempatan untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat dari bangku kuliah, serta untuk melatih berpikir secara logis dan mampu menulis serta mengintegrasikan teori-teori terutama strategi yang dapat diterapkan dalam penelitian.
3. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan acuan bagi yang berniat untuk mengembangkan tentang kaitan strategi pemasaran dalam usaha ternak ayam petelur.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Perilaku Konsumen
Istilah perilaku konsumen seringkali digunakan atau dipakai untuk menjelaskan perilaku dari konsumen yang membeli dan menggunakan produk dan jasa. Sikap dan perilaku konsumen akan mempunyai peranan yang cukup besar dalam menentukan strategi pemasaran yang tepat.
Swastha dan Handoko (2007:10) mengatakan : “Perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tertentu”.
Engel (2004:3) menyatakan : “Perilaku konsumen adalah sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini”.
Menurut Tjiptono (2004:3) : “Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dna menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan itu”
Sedangkan menurut Assauri (2005:24) adalah sebagai berikut : “Perilaku konsumen merupakan tindakan seorang individu yang langsung menyangkut pencapaian dan penggunaan produk (barang atau jasa) termasuk proses yang mendahului dan menentukan tindakan tersebut”.
Dengan demikian berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pembeli dan konsumen untuk mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan. Perilaku konsumen menyangkut masalah keputusan yang diambil seseorang dalam persaingan dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa.
B. Teori-teori Perilaku Konsumen
Untuk mengetahui dan memahami proses motivasi yang mendasari dan mengarahkan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian, perlu dipelajari beberapa teori perilaku konsumen. Teori perilaku konsumen terdiri dari beberapa teori, yaitu :
1. Teori Ekonomi Mikro
Teori ekonomi mikro atau teori ekonomi mikro klasik ini mendasarkan pada suatu pengertian bahwa orang itu adalah ekonomis, rasional, dan pada setiap saat ia bertindak karena tertarik pada sesuatu.
Teori ini didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu :
a. Bahwa konsumen selalu mencoba untuk memaksimumkan kepuasannya dalam batas-batas kemampuan finansialnya.
b. Bahwa ia mempunyai pengetahuan tentang beberapa alternatif sumber untuk memuaskan kebutuhannya.
c. Bahwa ia selalu bertindak dengan rasional.
2. Teori Psikhologis
Ada beberapa teori yang termasuk dalam teori psikologis ini, yaitu sebagai berikut :
a. Teori belajar (learning theory), dan
b. Teori psikhoanalitis (psychoanalitic theory) (Swastha, 2006:77).
Selanjutnya penjelasan dari masing-masing bagian tersebut adalah sebagai berikut :
a. Teori belajar
Teori belajar ini lebih menekankan pada tindakan penafsiran dan peramalan. Jadi, penafsiran dan peramalan terhadap proses belajar konsumen merupakan kunci untuk mengetahui tingkah laku pembeliannya.
b. Teori psikhoanalitis
Teori psikhoanalitis ini mengemukakan bahwa tingkah laku itu dipengaruhi oleh adanya keinginan yang terpaksa dan adanya motif yang tersembunyi. Jadi, teori yang dikemukakan menyangkut kepribadian seseorang. Tindakan seseorang yang tidak direncanakan akan mudah sekali menimbulkan akibat-akibat yang kurang baik. Namun tidak berarti bahwa akibat yang ditimbulkan selalu tidak baik, dapat pula terjadi sebaliknya.
3. Teori Sosiologis
Teori psikologis yang telah kita bahas di muka, ditujukan dan dipusatkan pada individu yang dikaitkan dengan tingkah laku mereka. Jadi, lebih mengutamakan perilaku kelompok, bukannya perilaku individu. Analisisnya diarahkan pada kegiatan-kegiatan kelompok, seperti keluarga, teman-teman sekerja, perkumpulan olah raga, dan sebagainya.
4. Teori Anthropologis
Seperti halnya pada teori sosiologis, teori anthropologis ini juga menekankan tingkah laku pembelian dari suatu kelompok masyarakat. Namun, kelompok-kelompok masyarakat yang lebih diutamakan dalam teori anthropologis ini bukannya kelompok kecil seperti keluarga, tetapi kelompok besar atau kelompok yang ruang lingkupnya sangat luas.
Termasuk dalam kelompok besar ini antara lain :
a. Kebudayaan (kelompok paling besar)
b. Subkultur (kebudayaan daerah), dan
c. Klas-klas sosial
Di sini, manajemen dapat menggunakan teori anthropologis dalam mempelajari akibat-akibat yang ditimbulkan oleh faktor-faktor tersebut terhadap tingkah laku konsumen.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membuat keputusan pembeliannya. Faktor-faktor tersebut sebagian besar tidak dapat dikendalikan oleh pemasaran, tetapi harus diperhatikan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen untuk mengambil keputusan adalah :
1. Faktor lingkungan eksternal, meliputi :
a. Kebudayaan dan kebudayaan khusus (culture dan subculture)
b. Kelas sosial (social class)
c. Kelompok sosial dan kelompok referensi
d. Keluarga (Swastha dan Handoko, 2007:58)
2. Faktor lingkungan internal, meliputi:
Motivasi, pengamatan, belajar, kepribadian dan konsep diri, dan sikap. (Swastha dan Handoko, 2007:77).
Penjelasan masing-masing faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebudayaan dan kebudayaan khusus
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan adalah simbul dan fakta yang komplek, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam masyarakat yang ada. Simbul tersebut dapat bersifat tidak kentara (seperti: sikap, pendapat, kepercayaan, nilai, bahasa, agama) atau dapat pula bersifat kentara (seperti: alat-alat, perumahan, produk, karya seni dan sebagainya). Swastha, 2007:82).
Salah satu faktor penentu perilaku konsumen adalah budaya, dimana perilaku ini tercermin pada cara hidup, kebiasaan dan tradisi dalam permintaan akan bermacam-macam barang atau jasa.
2. Kelas sosial
Adanya lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu, tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Pembentukan kelas sosial ini biasanya didasarkan pada kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan ilmu pengetahuan.
Menurut Swastha (2006:82) pembentukan kelas sosial tersebut dibagi dalam tiga golongan yaitu :
a. Golongan atas
Yang termasuk dalam kelas ini antara lain : pengusaha-pengusaha kaya, pejabat-pejabat.
b. Golongan menengah
Yang termasuk dalam kelas ini antara lain : karyawan instansi pemerintah, pengusaha menengah.
c. Golongan rendah
Yang termasuk dalam kelas ini antara lain: buruh-buruh pabrik, pegawai rendah, tukang becak, dan pedagang kecil.
Pengertian kelas sosial menurut Alma (2005:56) merupakan : “Kelompok masyarakat yang mempunyai tingkat tertentu yang memiliki nilai dan sikap yang berbeda dari kelompok tingkatan lain”.
Sedangkan ciri-ciri kelas sosial menurut Kotler (2006:111) adalah sebagai berikut :
a. Orang-orang dalam kelas sosial tertentu cenderung bertingkah laku sama.
b. Menurut kelas sosial, orang-orang diperingkat untuk menempati kelas atas atau kelas bawah.
c. Kelas sosial tidak ditentukan oleh satu variabel nilai dan lain sebagainya.
d. Orang bisa naik ke kelas sosial yang lebih tinggi atau jatuh ke kelas sosial yang lebih rendah.
3. Kelompok sosial dan kelompok referensi
Reference group merupakan grup primer, sekunder atau pemberi aspirasi (Alma, 2005:57). Grup primer adalah para anggota yang saling berkomunikasi satu sama lain. Grup sekunder adalah organisasi yang tidak terlalu banyak berinteraksi tatap muka dengan individu, seperti organisasi berikat pekerja, organisasi keagamaan, organisasi profesi, dan sebagainya yang membuat aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan tertentu.
Dalam hal ini, manajer pemasaran perlu mengetahui siapa yang menjadi pelopor opini dari suatu kelompok, sebab pelopor opini ini dapat mempengaruhi para anggota kelompok bersangkutan.
4. Keluarga
Keluarga dibedakan menjadi “Keluarga inti, menunjukkan lingkup keluarga yang meliputi dari ayah, ibu dan anak-anak yang hidup bersama. Serta keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan orang-orang yang mempunyai ikatan saudara dengan keluarga tersebut, seperti kakek, nenek, paman, bibi dan menantu”. (Swastha dan Handoko, 2007:70).
Dalam pasar konsumen, maka keluargalah yang banyak melakukan pembelian. Peranan setiap anggota dalam membeli berbeda-beda menurut macam barang tertentu yang dibelinya. Oleh karena itu, manajer pemasaran perlu mengetahui sebenarnya siapa anggota keluarga yang bertindak sebagai pengambil inisiatip, penentu, pembeli atau siapa yang mempengaruhi suatu keputusan dalam membeli.
Sedangkan penjelasan faktor-faktor internal adalah sebagai berikut :
1. Motivasi
Perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motif atau motivasi. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai sesuatu tujuan. Motif yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan.
Menurut Swastha dan Handoko (2007:78) motif dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Motif fisiologis, yang merupakan motif alamiah (biologis), seperti lapar, haus dan seks.
b. Motif psikologis: yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori dasar, yaitu:
1) Motif kasih sayang (affectional motive), motif untuk menciptakan dan memelihara kehangatan, keharmonisan dan kepuasan batiniah (emosional) dalam berhubungan dengan orang lain.
2) Motif mempertahankan diri (ego-defensive motive), motif untuk melindungi kepribadian, menghindari luka fisik atau psikologis, menghindari untuk tidak ditertawakan dan kehilangan muka, mempertahankan prestise, mendapatkan kebanggaan diri.
3) Motif memperkuat diri (ego-bolstering motive), motive untuk mengembangkan kepribadian, berprestasi, menaikan prestise dan pengakuan orang lain.
2. Pengamatan
Pengamatan adalah suatu proses dimana konsumen (manusia) menyadari dan menginterprestasikan aspek lingkungannya. Atau dapat dikatakan sebagai proses penerimaan dan adanya rangsangan (stimuli) di dalam lingkungan internal dan eksternal, sehingga pengamatan bersifat aktif. Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku. Pengalaman dapat diperoleh dari semua perbuatannya di masa lampau atau dapat pula dipelajari.
3. Belajar
belajar didefinisikan sebagai “Perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil akibat adanya pengalaman”. (Swastha dan Handoko, 2007:85).
Proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen merupakan sebuah proses belajar, dimana hal ini sebagai bagian dari hidup konsumen. Proses
belajar pada suatu pembelian terjadi apabila konsumen ingin menanggapi dan memperoleh suatu kepuasan, atau sebaliknya, tidak terjadi apabila konsumen merasa dikecewakan oleh produk yang kurang baik.
4. Kepribadian dan konsepsi diri
“Kepribadian didefinisikan sebagai pola sifat individu yang dapat menentukan tanggapan untuk bertingkah laku. Sebenarnya, pengaruh sifat kepribadian konsumen terhadap pandangan dan perilaku pembelinya adalah sangat umum” (Swastha, 2006:85).
Unsur-unsur kepribadian individu menurut Swastha dan Handoko (2007:89) adalah :
a. Pengetahuan
Yaitu unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Hal ini akan menimbulkan suatu gambaran, pengamatan (persepsi), apresiasi, konsep dan fantasi terhadap segala hal yang diterimanya dari lingkungan melalui pancainderanya.
b. Perasaan
Suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilainya sebagai keadaan positif dan negatif.
c. Dorongan naluri
Yaitu kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap makhluk manusia, yang sering disebut “drive”. Macam-macam dorongan naluri, antara lain dorongan untuk mempertahankan hidup, dorongan sex, dorongan untuk mencari makan, dorongan untuk berinteraksi dengan sesamanya.
5. Sikap
Sikap dan kepercayaan merupakan faktor yang ikut mempengaruhi pandangan dan perilaku pembelian konsumen. Sikap itu sendiri mempengaruhi kepercayaan, dan kepercayaan juga mempengaruhi sikap. Salah satu yang menonjol di sini adalah perasaan emosional baik positif maupun negatif.
D. Pengertian Strategis
Menurut pendapat Igor Ansoff (2005:15) strategi sebagai berikut:
Strategy management is a systematic approach to a major and increasingly important responsibility of general management to position and relate the firm to invorman in a way wich will assure it’s continued succes and make it secure from surprice.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen strategi adalah suatu sistem pendekatan utama dan tanggapan yang berkembang menjadi penting, yaitu untuk menempatkan dan menghubungkan suatu perusahaan kepada lingkungan yang akan menjamin kesuksesan yang berkesinambungan dari perusahaan itu dan menghindarkannya dari hal-hal yang tidak diharapkan.
E. Pengertian Pemasaran
Menurut pendapat Kotler (2007:8) pemasaran sebagai berikut : “Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa pemasaran merupakan interaksi di dalam proses sosial dan manajerial antara individu dan kelompok untuk memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka. Sedangkan kegiatan yang ada di dalam pemasaran tersebut meliputi : menciptakan sesuatu, menawarkan sesuatu, serta menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
F. Pengertian Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran yang dikembangkan perusahaan harus dapat memberikan gambaran dalam memanfaatkan peluang peluang yang ada pada kegiatna pemasaran perusahaan.
Pengertian strategi pemasaran menurut Assauri (2005:154) adalah sebagai berikut :
“Strategi pemasaran merupakan suatu rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang pemasaran yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan”.
Definisi lainnya yang juga dikemukakan oleh Tjiptono (2007:6) adalah sebagai berikut :
“Suatu alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut”
Definisi di atas menunjukkan betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara kemampuan perusahaan dan peluang pemasaran.
G. Strategi Daur Usia Produk
Strategi pemasaran suatu produk secara berkala perlu ditinjau kembali, selama menjalani daur usianya. Konsep PLC besar faedahnya terutama sebagai kerangka untuk menyusun strategi pemasaran yang efektif pada berbagai tahap dalam daur usia suatu produk.
1. Tahap perkenalan
Tahap perkenalan dimulai pada saat produk baru mulai disediakan untuk dibeli oleh khalayak ramai di pasaran. Sebelum perkenalan itu suatu produk telah menempuh masa perkembangan yang cukup lama yang mungkin mencakup tahap pemasaran uji coba di beberapa kota, namun belum mengalami peluncuran secara besar-besaran. Perkenalan suatu produk secara nyata pada satu atau beberapa pasaran memakan waktu, dan pertumbuhan penjualannya lazimnya berjalan lamban.
2. Tahap pertumbuhan
Bila produk baru itu dapat memuaskan para pembeli, maka volume penjualan akan meningkat dengan pesat. Golongan inovator ini akan melanjutkan pembelian, dan sejumlah besar konsumen yang konvensional akan mengikuti teladan mereka, terutama bila ada cerita orang yang menguntungkan. Mereka akan memasuki ciri-ciri baru pada produknya dan akan memperluas pasarannya. Dengan bertambahnya jumlah pesaing, akan bertambah pula jalur penyalurannya, dan penjualan dari pabrik akan melonjak untuk memenuhkan pipa salurannya (channel of distribution). Harga-harga cenderung akan mantap atau akan turun sedikit, selama permintaan pasaran meningkat dengan pesat. Masing-masing perusahaan akan mempertahankan belanja promosi pada taraf yang sama atau hanya dinaikkan sedikit sekedar untuk menanggapi persaingan dan untuk memberi penyuluhan kepada pasaran. Volume penjualan meningkat dengan pesat, dan dengan demikian akan menurunkan perbandingan rasio promosi: penjualan.
3. Tahap kedewasaan
Pada suatu saat tertentu laju pertumbuhan penjualan akan menjadi lamban, dan produk akan memasuki tahap kedewasaan. Lazimnya tahap ini akan bertambah lebih lama daripada tahap-tahap sebelumnya, dan tahap ini merupakan tantangan yang paling hebat untuk pihak manajer pemasaran. Tahap kedewasaan itu dapat dibagi lagi dalam tiga fase. Fase pertama disebut kedewasaan pertumbuhan. Pada fase ini laju pertumbuhan volume penjualan mulai merosot, disebabkan oleh kejenuhan saluran distribusi. Tidak lagi tersedia saluran distribusi yang baru, namun masih ada juga kaum pembeli yang kesiangan yang memasuki pasaran. Yang kedua adalah fase kedewasaan yang mantap, yang pada saat itu volume penjualan mulai mendatar atas dasar perkapita, disebabkan oleh kejenuhan pasaran. Fase yang ketiga adalah kedewasaan yang mengusang. Dalam fase ini volume penjualan secara mutlak akan merosot, karena sebagian pelanggan mulai beralih kepada produk pengganti lainnya.
Dalam tahap kedewasaan ini terdapat tiga macam strategi dasar, yaitu :
a. Modifikasi pasaran
b. Modifikasi produk
c. Penyesuaian bauran pemasaran
4. Tahap kemerosotan
Sebagian terbesar dari bentuk dan merek dari suatu produk pada waktunya akan menginjak suatu tahap kemerosotan penjualan yang berkesinambungan. Dengan merosotnya volume penjualan dan jumlah laba, beberapa perusahaan akan mengundurkan diri untuk mengalihkan sumber daya kepada usaha yang lebih menguntungkan. Maka perusahaan yang masih tersisa mengurangkan jumlah penawaran produknya. Mereka beralih kepada segmen-segmen pasaran yang lebih kecil dan kepada saluran niaga yang marjinal. Anggaran promosinya dikurangi. Bahkan harga penjualan akan diturunkan pula untuk menahan kemerosotan permintaan pasaran. Setiap perusahaan menghadapi berbagai tugas dan pengambilan keputusan untuk menjamin penganggaran produk-produknya yang usang secara mantap. Tugas-tugas tersebut antara lain:
a. Mengidentifikasi produk pemasaran
b. Menentukan strategi pemasaran
c. Keputusan melepaskan produk
H. Pengertian Analisis SWOT
Menurut Freddy Rangkuti (2007:19) : “SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strengths dan weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threts yang dihadapi dunia bisnis”.
Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (2007:18) : “Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan”.
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (ooprtunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weaknesses).
Analisis SWOT merupakan identifikasi yang sistematis dari faktor-faktor ini dan dari strategi yang menggambarkan pedoman yang terikat antara mereka yakni untuk mengetahui posisi perusahaan pada saat ini dan mendatang atau dengan kata lain diperlukan untuk menentukan strategi dan taktik perusahaan agar mawas diri dan tahu diri dalam memasuki dunia usaha yang bersaing.
Faktor dasar dari analisis SWOT yakni mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal. Ini dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Kekuatan (strenghts)
Kekuatan adalah sumber daya, ketrampilan dan keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan pasar yang dimiliki suatu perusahaan.
Karena kekuatan merupakan suatu kompetensi yang berbeda dan memberikan perusahaan suatu keunggulan komperatif dalam pasar. Kekuatan berkaitan dengan sumber daya keuangan, citra, kepemimpinan pasar hubungan pembeli/pemasok dan faktor-faktor lain.
2. Kelemahan (weaknesses)
Kelemahan merupakan keterbatasan/kekurangan dalam sumber daya, ketrampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan.
3. Peluang (opportunities)
Suatu peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan eksternal perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan utama merupakan salah satu dari peluang dapat berupa identifikasi dari segmen pasar yang sebelumnya terlewatkan, perubahan-perubahan dalam keadaan bersaing akan peraturan perubahan teknologi dan hubungan pembeli dan pemasok yang diperbaikkan dapat menunjukkan peluang bagi peruahaan.
4. Ancaman (threats)
Suatu ancaman adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan. Ancaman adalah rintangan-rintangan utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan oleh perusahaan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, daya tawar pembeli dan pemasok utama yang meningkat, perubahan teknologi dan peraturan yang baru atau yang divisi dapat merupakan ancaman bagi keberhasilan suatu perusahaan.
Menurut William F Glueck dan Lawrance R. Jauch (2004:208) sebagai berikut:
Dengan membandingkan ETOP dan SAP anda akan menemukan petunjuk tentang alternatif strategi untuk menutupi kesenjangan. Jika terdapat peluang lingkungan yang besar dengan kemampuan internal untuk mendapatkan manfaat daripadanya, maka alternatif ekspansi mungkin dilakukan. Kalau ancaman lingkungan kelihatannya merupakan tekanan terberat, maka mungkin cara untuk meningkatkan potensi harga ialah dengan penciutan. Kalau tidak terdapat kesenjangan (atau kesenjangan tidak penting, atau yakin bahwa kesenjangan itu masih dapat dikendalikan) memungkinkan untuk mengejar pendekatan yang mantap (stabilitas)
Gambar 1
Analisis SWOT
TS
W
Internal
elur merupakan kebutuhan pokok yang selalu dikonsumsi masyarakat.
Heiginis karena yang dikonsumsi hanya putih dan kuning telur.
Merupakan salah satu sumber nutri yang murah.
Praktis dan fleksibel karena gampang disajikan, mudah disimpan serta mudah diolah dengan bahan lain.
Telur tidak bisa disimpan terlalu lama.
Mudah pecah sehingga dalam proses pengiriman barang harus hati-hati.
Kerugian akan timbul apabila telur yang telah sampai ditangan konsumen rusak.
Sulitnya memenuhi selera konsumen karena telur dihasilkan oleh ayam dan bukan mesin produksi.
SEksternal
O
egment pasar yang luas bawah-menengah-atas.
Permintaan selalu bertambah seiring pertambahan jumlah penduduk.
Telur tidak mempunyai produk life cycle.
Konsumen mudah membeli karena tersedia di banyak tempat.
Harga pasar yang fluktuatif.
Adanya sumber nutrisi yang lain: ikan dan ayam.
Adanya alergi pada sebagian orang yang mengkonsumsi telur ayam ras.
Susah membedakan tingkat kualitas telur dengan harga yang relatif sama.
T
I. Strategi Bersaing Porter
1. Peningkatan kapasitas produksi
Menurut Porter (2005:285) : “Perusahaan biasanya mempunyai sejumlah pilihan untuk menambah kapasitas yang harus diperbandingkan. Selain itu, untuk menentukan arus kas masuk yang akan datang dari kapasitas baru perusahaan pada ukuran serta saat pengambilan keputusn mengenai kapasitas yang diambil oleh setiap pesaing, selain juga pada sejumlah faktor lain. Biasanya juga ada ketidakpastian mengenai kecenderungan masa depan dalam teknologi, di samping juga bagaimana keadaan permintaan masa depan”.
Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwasannya di dalam pengambilan keputusan untuk menambah kapasitas perlu memperhatikan beberapa faktor yaitu :
a. Menentukan arus kas yang akan datang
b. Meramalkan laba yang akan datang
c. Kapasitas yang diambil oleh pesaing
d. Kecenderungan perubahan teknologi di masa depan
e. Keadaan permintaan masa depan
2. Informasi pelayanan purna jual
Menurut Porter (2005:276) : “Menyediakan pelayanan (service) untuk suatu produk di samping menjual produk itu sendiri memungkinkan perusahaan untuk mendiferensiasikan dirinya sendiri, meskipun produknya tidak lebih unggul dibandingkan produk pesaing”. Dari definisi di atas maka perusahaan dapat merancang strateginya akan produk yang mereka pasarkan dikenal konsumen dan konsumen dapat mengetahui karakteristik produk yang diproduksi oleh perusahaan.
3. Perbaikan saluran distribusi dari produsen ke konsumen
Menurut Porter (2005:276) : “Integrasi maju memecahkan masalah jalur masuk ke saluran distribusi dan menghilangkan tawar menawar yang dimiliki oleh saluran”.
Dari pernyataan di atas menunjukkan betapa pentingnya masalah saluran distribusi. Karena dengan adanya saluran distribusi yang baik dari produsen ke konsumen, produk akan sampai pada konsumen akan lebih cepat dan produk yang diterima konsumen akan lebih murah. Karena tawar-menawar yang dimiliki oleh saluran dapat dikurangi.
4. Antisipasi perusahaan untuk mengatasi harga yang fluktuatif
Menurut Porter (2005:272) : “Karena penjualan dari bisnis hulu diturunkan dari penjualan bisnis hilir, faktor-faktor yang menyebabkan fluktuasi di keseluruhan rangkaian. Fluktuasi dapat disebabkan oleh siklus bisnis, oleh perkembangan persaingan atau pasar dan sebagainya”.
Untuk dapat mengatasi harga yang fluktuatif perusahaan memperhatikan faktor pemasok bahan baku, saluran distribusi, pesaing serta penawaran dan permintaan pasar akan produk yang dihasilkan perusahaan.
J. Hipotesis Penelitian
Sehubungan dengan teori yang diuraikan, maka dapat dikemukakan mengenai kerangka pikir konspetual dan kerangka hipotesis.
Gambar 2
Kerangka Pikir Konsep
Dari kerangka pikir konsep di atas, dapat diketahui kerangka hipotesis sebagai berikut :
Gambar 3
Kerangka Hipotesis
Dari model di atas, dapat disusun hipotesis statistik sebagai berikut :
H1 = Diduga variabel-variabel kekuatan (X1), kelemahan (X2), peluang (X3), ancaman (X4) secara bersama-sama mempunyai hubungan bermakna terhadap penetapan strategi pemasaran perusahaan.
H2 = Diduga peluang (X3) merupakan variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap penetapan strategi pemasaran perusahaan.
BAB III METODE PENELITIAN...... dst
(MOHON MAAF!! TAMPILAN TABEL, GAMBAR, DAN RUMUS MENGGUNAKAN EQUATION KESULITAN UNTUK BISA DI UPLOAD)
PROPOSAL LENGKAP DALAM FORM PDF/WORD
1 comment:
terima kasih yah,,,,, infonya sangat membantu ^_^
Post a Comment